RANIA DAN BIMA

Perkenalkan namaku Rania. Rania merupakan salah satu alumni kampus kesehatan negeri di kota kelahiran nya yaitu Pekanbaru. Rania merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakak Rania bertugas dinas disebuah kepulauan dan telah memiliki pendamping hidup. Rania dan kakak Rania memiliki sifat yang sangat berbanding terbalik, kakak Rania lebih suka berdiam diri dirumah, sedangkan Rania suka keluyuran, minimal sekali seminggu harus ada bersosialisasi bersama teman-teman.

Setelah lulus kuliah Rania bekerja disebuah instansi pemerintahan di tingkat provinsi, dan pekerjaan itu tentu nya diluar jalur kesehatan. Meskipun begitu upah kerja yang Rania dapatkan lumayan tinggi dibanding teman sejawat nya yang berprofesi kesehatan. Minus nya bekerja disana sesuai dengan ada atau tidaknya project, ketika tidak ada project Rania menganggur, meskipun begitu Rania membuka usaha makanan online. Selain itu Rania juga menjadi Asisten Dosen dikampus nya.

Rania mempunyai beberapa teman dan sahabat. Mereka tahu baik dan buruk nya Rania, mereka sabar menghadapi sifat keras kepala, egois dan emosi nya Rania. Puncak pertemanan terlama Rania ada pada teman disaat SD (Sekolah Dasar) dan SMA (Sekolah Menengah Atas), 22 tahun dan 13 tahun. Mereka sudah mempunyai suami dan anak. Mereka pun sudah disibukkan dengan urusan masing-masing, meski mereka tidak sering bertemu lagi, mereka tetap menjaga komunikasi dan tali silaturahmi.

Bima merupakan lulusan Universitas Islam Negeri di Pekanbaru, jurusan hukum. Selama kuliah ia tinggal disebuah rumah yang posisinya tepat diseberang rumah Rania. Awal mula Rania ketemu Bima disaat Bima ingin membeli rumah yang ia tempati. Bima beserta teman nya bertanya kepada Rania siapa pemilik rumah tersebut, karena Rania tinggal sendiri dirumah dan tidak tahu menahu, jadinya Rania beri saran untuk bertanya kepada tetangga yang lain. Setelah melakukan perundingan dan negosiasi akhirnya Bima jadi membeli rumah tersebut. 

Bima mempunyai sifat pemalu. Ingin meminta nomor handphone Rania saja Bima tidak berani, akhirnya salah satu teman nya Bima yang meminta nomor Rania. Awal chat diantara mereka sangat kaku.

Bima : "Assalamualaikum, ini aku teman yang minta nomor handphone adek tadi".
Rania : "Walaikumsalam, ooh oke bg".
Bima : "Lagi ngapain dek?".
Rania : "Gak lagi ngapa-ngapain".

Terasa cuek balasan chat Rania, Bima pun enggan melanjutkan pembicaraan.

Tiba lah hari sweet seventeen Rania, teman SMA Rania memberi kejutan ulang tahun dirumah Rania. Teman Rania bernama Nessa dan Putri. Disaat itu Rania sedang tidur siang, hingga akhirnya dibangunkan oleh mama Rania. Tergesa-gesa nya mereka memberi kejutan untuk Rania sampai motor mereka jatuh, hingga akhirnya dibantu tegakkan oleh teman nya Bima yang kebetulan ada di depan teras rumah nya Bima.

Nessa dan Putri : "Happy birthday to you Rania!"

Rania yang masih loading sambil usap mata hanya bisa tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

Putri : "Cuci muka dulu sana."
Rania : "Iya tunggu sebentar ya."

Setelah Rania mencuci muka, mereka pun melakukan sesi pemotongan kue dengan di iringi nyanyian, kemudian suap-suapan kue dan foto bersama sebelum mereka pulang kerumah. Semenjak kejadian itu Bima jadi tahu kalau Rania begitu disayangi oleh teman-teman nya. Membuat Bima tambah suka ke Rania, akan tetapi sifat cuek dan dingin nya Rania kepada nya membuat Bima mundur.

Hari weekend pun telah tiba. Ternyata hari ini keluarga besar Bima tiba ke Pekanbaru pertama kali nya melihat rumah pilihan Bima. Dari situ lah awal pertemuan, perkenalan dan pendekatan keluarga Bima dan Rania. Keluarga kedua belah pihak sama-sama welcome dan excited disetiap ketemu. Karena keluarga Bima tinggal di Duri, membuat mereka hanya sekali setahun atau enam bulan sekali mengunjungi Bima di Pekanbaru. Ada usaha di Duri yang tidak bisa terus-terusan untuk ditinggal, perkebunan dan peternakan.

Hari demi hari telah di lalui. Rania dan Bima hanya berani curi padang sesekali. Meskipun begitu, Rania selalu mengantarkan makanan ke Bima, karena sadar kalau bukan Rania dan keluarga Rania yang beri perhatian ke Bima siapa lagi? Ditambah dengan titipan pesan kedua orang tua Bima untuk melihat dan memantau Bima selama jauh dari mereka. 

Rania telah dinyatakan lulus SMA dan memasuki masa perkuliahan. Rania pun fokus dengan perkuliahan nya. Jadwal kuliah yang begitu padat membuat Rania dan kekasih nya putus nyambung. Berbeda dengan Bima yang sudah memasuki semester empat, terlihat begitu berubah suasana di dalam diri Bima, ditambah dengan Bima yang sudah lama tidak terlihat. Ternyata Bima lagi di rehabilitasi oleh keluarga nya di Duri, bukan karena narkoba tetapi karena salah pergaulan dengan teman-teman nya.

Enam bulan sudah berlalu, ada rasa rindu Rania ingin mengantarkan makanan lagi ke Bima.

Rania : "Kapan lah ya bang Bima ini balik lagi ke Pekanbaru, apa jangan-jangan dia berhenti kuliah? Udah banyak sesi makanan yang sudah dilewati nya dan belum dicobanya."

Satu minggu kemudian Bima pulang ke Pekanbaru, dengan disusul keluarganya di satu hari kemudian. Disaat itu terpancar kepanikan dan amarah kedua orang tua Bima, entah apa yang telah terjadi kepada Bima, hingga keluarga Rania tidak berani untuk menyapa lebih lama.

Beberapa bulan kemudian Rania mendapatkan tugas kelompok dari dosen mata kuliah kewarganegaraan, tugas mengikuti kegiatan anak jalanan selama setengah hari, bagaimana mereka mencari nafkah dan bertahan hidup di kota metropolitan. Anggota kelompok Rania semuanya perempuan, Rania merasa kurang aman jika mewawancarai mereka tanpa ada nya pengawalan dari sosok pria. Rania ingin minta ditemani sama pacar nya tapi Rania tahu kalau hari weekend waktu nya untuk kerja, jadi nya Rania minta tolong ke Bima untuk menjaga mereka ketika mewawancarai anak jalanan. Rania juga lebih yakin Bima lebih bisa menjaga mereka karena Bima merupakan pelatih pencak silat. 

Sesi wawancara pun telah usai, saat nya untuk kami pulang kerumah masing-masing. Di perjalanan menuju rumah hujan turun, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti di emperan toko untuk sekedar berteduh. Suasana dingin menyelimuti kami. Bima mencoba membuka pembicaraan ke Rania agar suasana dingin tidak begitu terasa. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, hujan tidak kunjung reda.

Bima : "Bagaimana ini Rania, hari sudah malam takut nya kalau tunggu hujan berhenti bisa tengah malam sampai dirumah. Kita terobos saja hujan nya?".

Rania : "Sepertinya harus begitu bang, yaudah yok. Tapi abang pakai jaket Rania ya biar tidak terlalu dingin."
Bima : "Tidak usah, Rania aja yang pakai."
Rania : "Rania kan dibelakang abang, hujan nya sudah terhalang sama badan abang."
Bima : "Tidak apa-apa, abang kuat, hehe."
Rania : "Tapi maaf, Rania gak bisa meluk seperti orang-orang atau pun wanita lain."
Bima : "Iya abang tahu."

Tubuh Rania dan Bima menggigil begitu dahsyat nya, sampai bibir pun bergetar menahan dingin di sepanjang jalan. Akhirnya mereka sampai dirumah. Rania pun turun dari motornya Bima.

Rania : "Abang makasih banyak ya sudah mau temanin Rania dan teman-teman Rania menyelesaikan tugas kelompok, maaf udah merepotkan seperti ini sampai basah-basah seperti ini."
Bima : "Iya sama-sama. Santai aja dek gak apa-apa, abang juga udah biasa hujan-hujanan diatas motor."
Rania : "Oke deh bang, Rania masuk kerumah ya, jangan lupa keramas biar tidak demam."
Bima : "Oke dek."

Tiga tahun kemudian Rania wisuda lulus dengan nilai IPK memuaskan. Tidak lupa Rania mengundang teman, sahabat, pacar dan Bima untuk hadir di acara wisuda nya. Rania mengirim pesan teks kepada Bima dan dibalas dengan ucapan selamat atas wisuda Rania dan insyaAllah akan hadir. Namun nyata nya Bima tidak bisa hadir karena lagi ada bimbingan kuliah.

Dua tahun setelah Rania wisuda disusul dengan wisudanya Bima. Satu hari sebelum acara wisuda Bima dilaksanakan, keluarga Bima sudah tiba di Pekanbaru. Tidak lupa untuk memberi buah tangan ke keluarga Rania setiap datang ke Pekanbaru. Rania juga tidak lupa membalas buah tangan tersebut dengan memberikan makanan bakso beranak pedas yang dibuat sendiri. Setelah acara wisuda selesai, mereka sekeluarga menyantap hidangan yang diberikan oleh Rania. Hanya Bima yang tidak mecoba karena ia tidak tahan dengan pedas.

Setelah wisuda Bima mencoba mencari pekerjaan di Pekanbaru, namun belum ada panggilan kerja, akhir nya Bima kembali ke Duri tinggal bersama kedua orang tua nya, mencoba buka usaha sendiri dibagian kontraktor. Ada beberapa project yang sudah ditangani oleh Bima, project yang paling jauh berada di Aceh dan Sulawesi.

Komunikasi antara Bima dan Rania sudah tidak ada lagi, mereka sudah sibuk dengan pasangan mereka masing-masing. Bertahun-tahun sudah di lalui, kisah percintaan mereka dengan pasangan nya ternyata tidak lah mulus. Rania putus dengan pacar nya, begitu juga dengan Bima. Mereka sama-sama menikmati masa jomblo itu selama kurang lebih setengah tahun.

Tiba lah Bima iseng mengomentari story WhatsApp Rania.
Bima : "Kenapa story nya emoticon nangis dek?."
Rania : "Adek stress bang, adek gagal CPNS di tingkat Provinsi di RSJ Tampan, dekat pula dengan rumah. Padahal beda tipis nilai adek dengan pesaing adek."
Bima : "Oalah, sabar dek, mungkin bukan rezeki adek disana, jangan putus asa dan jangan menyerah, coba lagi ya tahun besok."
Rania : "iya bang, terimakasih."
Disaat itu juga Bima memberanikan diri untuk meminta Rania menjadi kekasih nya.
Bima : "Koe mau tidak jadi bojo ku?."
Rania : (Bojo? Pacar maksudnya?). "Ini abang bercanda kan, tidak serius kan?."
Bima : "Emang ada terlihat aku bercanda? Aku serius!".
Rania : "Okelah kalau begitu, ayok di gas."

Akhirnya Bima dan Rania jadian, tepat di tanggal 16 November 2021 pukul 22:10. Mereka pun sepakat untuk tidur malam dan di lanjutkan besok.

Disaat bangun tidur tidak ada rasa istimewa apapun. Merasa tidak yakin kalau Rania sudah jadi kekasih Bima. Alhasil Rania masih cuek dan dingin ke Bima. Di malam tahun baru Rania pergi tugas ke Kampar, sebagai asisten dosen yang membantu penelitian dosen di lapangan. Sebelum keberangkatan Rania sudah memberi tahu ke Bima, setelah itu mereka sangat jarang untuk komunikasi, bahkan selama satu minggu tidak ada komunikasi.

Bima : "Maaf ya aku gak ada kabar selama ini."
Rania : "Gak apa bang, santai aja, lagian adek disini juga sibuk banget sama pekerjaan."
Bima : "Berapa lama disana?"
Rania : "Paling tiga bulan. Sebelum bulan puasa sudah balik lagi ke Pekanbaru."
Bima : "Ooh okelah, yaudah semangat ya."
Rania : "Iya makasih bang."
Bima yang selalu memulai pembicaraan ke Rania, setelah beberapa bulan jadian timbul lah protes dari Bima.
Bima : "Koe kalau gak aku chat, kenapa gak chat aku duluan?."
Rania : "Adek emang tidak biasa chat cowok duluan bang, dan mana tahu gangguin abang yang lagi sibuk."
Bima : "Kita sudah jadian loh dek, lagian abang nungguin chat dari adek, tapi nyata nya tak kunjung datang."
Rania : "Iya bang, maaf ya."

Disaat itu Rania mencoba untuk lebih perhatian ke Bima, meski Rania diberi rambu kuning oleh orang tua nya.

Mama Rania : "Adek yakin sama Bima? Nanti kalau kalian nggak sampai nikah hubungan pertemanan atau kekeluargaan yang sudah terjalin bisa bubar. Rumah dia itu bisa saja di jual nya karena malu atau marah anaknya nggak jadi nikah sama adek."

Rania : "Mudah-mudahan nggak dijual nya rumah nya ma walau pun nantinya adek tidak jadi nikah sama Bima. Adek sekarang ini hanya mencoba menjalani, adek suka kalau mertua adek seperti orang tua bima, adek ipar seperti adek-adek nya Bima."

Mama Rania : "Terserah adek lah, yang penting mama sudah ingatin."

Rania : "Iya ma, kasih adek waktu ya, selagi Bima nya tidak bertingkah adek akan pertahankan dia, tapi kalau dia bertingkah dengan main di belakang adek, adek tinggalin dia. Tapi adek akan tetap jaga hubungan kekeluargaan itu."

Hari demi hari komunikasi antara Bima dan Rania semakin intens. Sudah seperti orang yang lagi kasmaran. Setiap hari ada hal yang di bicarakan, dan setiap hari wajib untuk telponan atau pun video call. Begitu lah cara mereka untuk menjaga hubungan biar tidak jenuh.

Hari ini Bima sedang membantu teman kecil nya dalam persiapan pernikahan, gotong royong bersama bapak-bapak disana. 

Bima : "Ayang, aku bantu teman ku dulu ya, dia mau nikah minggu besok."
Rania : "Oh iya sayang, bantu lah dulu."
Bima : "Tapi ayang!."
Rania : "Tapi apa? Gak apa-apa loh, kalau lama pun sampai malam gak apa juga."
Bima : "Bukan itu, aku besok gak mau datang sendiri di nikahan dia, malu aku kelihatan seperti orang jomblo."
Rania : "Ooh itu, hahaha. Ya tinggal bilang aja kalau kita Long distance relationship."
Bima : "Besok aku jemput lah koe."
Rania : "Itu terserah abang aja, mau jemput oke, gak jadi juga gak apa-apa."

Bima mengalami cedera di bagian pinggang disaat dia gotong royong. Cedera itu membuat badan nya demam. Tiba di hari H pernikahan teman nya, Bima tidak jadi menjemput Rania, dan Bima pun tidak dapat hadir ke acara pernikahan teman nya, hanya menitipkan amplop ke orang tua nya Bima, dan dituliskan di amplop tersebut dari Bima dan Rania.

Rania : "Aduh kasihan nya sayang adek, lagi sakit seperti ini adek gak ada disamping sayang."
Bima : "Eh udah panggil sayang sekarang ni?."
Rania : "Lah iya kenapa panggil sayang ya, gak jadi deh."
Bima : "Ih jangan gitu, aku malah senang banget di panggil sayang. Terus kalau mau panggil aku mas ya jangan abang, karena seperti abang tukang bakso aku dipanggil itu."
Rania : "Hahaha dulu di panggil abang mau-mau aja. Jadi di panggil mas atau sayang?."
Bima : "Dulu itu beda. Dua-dua nya, mas dan sayang."
Rania : "Okelah kalau begitu, cepat sembuh ya sayang."
Bima : "Iya makasih ayang."

Di bulan Ramadhan Rania ditinggal sendiri oleh orang tua nya yang ingin mengunjungi anak nya di Kepulauan. Rania tidak ada rasa takut ditinggal sendirian, karena Rania wanita mandiri dan pemberani. Rania juga merasa ada yang menjaga nya dari kejauhan. Terasa seperti Bima yang menjaga Rania ketika sendirian dirumah yang dulu sudah pernah Rania rasakan sebelumnya. Apalagi Bima bisa meminta tolong ke teman nya untuk memantau Rania ketika dia tidak ada di Pekanbaru.

Bima : "Kapan mama dan ayah balik ke Pekanbaru sayang?"
Rania : "Seperti nya masih lama sayang."
Bima : "Iya berapa hari lagi?"
Rania : "Paling tiga hari lagi sayang."
Bima : "Ooh, tapi aman aja kan dirumah?"
Rania : "InsyaAllah aman sayang."

Bima lah teman Rania ketika kesunyian melanda. Menemani via telepon. Tiba di jam 10 malam Rania izin ke Bima untuk tidur lebih awal, karena Rania ingin bangun lagi untuk melaksanakan sholat tahajud. Rania akui, selama jadian sama Bima jadwal tidur Rania terarah dan Rania jadi rajin mandi, yang awalnya hanya mandi sekali sehari, sudah menjadi dua kali sehari.

Di hari berikutnya Bima jujur soal perasaan nya ke Rania.

Bima : "Aku sayang banget sama mu, aku merasa beruntung memiliki mu. Dari bulan puasa ini lah aku serius sama mu dan berani meninggalkan wanita lain."

Rania paham dengan apa yang diucapkan oleh Bima, tapi karena Rania tidak mau ada perdebatan atau perkelahian jadi nya Rania diam saja. Hanya menjawab terimakasih.

Satu minggu menjelang hari raya idul fitri, orang tua Rania sudah tiba di Pekanbaru. Rania sudah bisa pergi keluar kemana saja tanpa harus menutup toko dan mengunci rumah lagi. Orang tua Bima menyuruh Bima untuk mentransfer uang ke Rania untuk membeli perlengkapan hari raya. Bima menyuruh Rania untuk membeli barang itu malam ini juga karena dia tidak sabar melihat pacar nya mengenakan barang-barang tersebut. Akhirnya Rania membeli pakaian 2 stel, tas dan sepatu.

Hari raya pun telah tiba. Rania berfoto dengan pakaian yang di belikan oleh Bima. Bima pun meminta untuk foto tersebut dikirim ke diri nya. Memang tidak peka seorang Rania, harus diminta dulu baru dikasih.

Bima : "Cantiknya sayang aku, kirim foto sayang."
Rania : "Terimakasih sayang, sekali lagi makasih ya udah belikan Rania perlengkapan hari raya."
Bima : "Sama-sama sayang ku. Oiya besok pagi mas jemput sayang ya, ibuk dan bapak kangen."
Rania : "Oke mas. Hari raya pertama banyak tamu ya mas? Adek mau video call ibuk, bapak dan keluarga disana."
Bima : "Sebenarnya sibuk karena bapak kan RW disini, sesepuh disini, jadi wajar langsung ramai orang bertamu. Tapi untuk sayang bisa diatur. Yaudah aku Video call ya."
Rania : "Oke mas."
Rania pun berbincang ke orang tua dan keluarga nya Bima, mengucapkan minal aidzin walfaizin mohon maaf lahir dan batin. Orang tua Bima memastikan penjemputan Rania ke Pekanbaru, dan gak sabar untuk menanti hari itu. Tidak bisa lama berbicara karena tamu terus berdatangan, akhirnya handphone dialihkan ke Bima dan adik-adiknya. 
Bima : "Yaudah ya sayang, besok aku jemput ya."
Rania : "Oke sayang."
KESERIUSAN BIMA
___________________________________________
Dengan ada nya penjemputan Rania untuk dibawa ke Duri sudah memperlihatkan bentuk keseriusan Bima terhadap Rania.

Rania : "Mas udah dimana? Kira-kira sampai dirumah jam berapa?"
Bima : "Mas masih di jalan ini, paling jam 12 siang sampai dirumah."
Rania : "Ooh yaudah hati-hati di jalan mas."
Bima : "Iya sayang."

Benar saja Bima tiba di Pekanbaru jam 12 siang, ia pun langsung mengecek kondisi rumah yang sudah lama ia tinggalkan. Di sore hari nya Bima minta izin ke Rania untuk tidur dirumah teman nya yang ada di Marpoyan, dan silaturahmi nya besok pagi sekalian minta izin ke orang tua Rania untuk berangkat ke Duri. Di malam hari nya mantan Rania datang kerumah untuk silaturahmi lebaran, untung saja Bima sudah pergi kerumah teman nya, kalau tidak bisa jadi perkelahian. 

Adi : "Assalamualaikum."
Rania : "Walaikumsalam."
Adi : "Masih terima tamu kan? Sudah lama aku gak main kesini."
Adi : "Masih, tapi tumben aja kamu mau kesini berlebaran, dulu banyak alasan kamu. Emang pacar kamu tahu kamu kesini?."
Adi : "Nggak tahu, emang pacar kamu kemana?"
Rania : Ada tuh dirumah nya, baru sampai hari ini dia nya ke Pekanbaru."
Adi tipikal cowok yang pecicilan, gaul dan mudah tertawa.
Adi : "Kue lebaran ini kamu semua yang buat?"
Rania : "Hampir semua nya, cuma dua jenis yang kakak aku buat. Makan lah kue nya, tapi maaf ya aku gak bisa banyak bicara, kepala aku lagi sakit."
Adi : "Sakit karena apa kamu?"
Rania : "Tidur siang tadi aku lupa jauhkan Handphone dan matikan paket data."
Adi : "Itu lah kamu teledor, yaudah bawa istirahat."

Jadwal bertamu telah habis, Adi pun pamit untuk pulang. Ketika menghidupkan motor sengaja Adi menggeber-geber motor KLX nya untuk memancing Bima keluar rumah. Tapi Rania hanya tersenyum melihat tingkah Adi seperti itu.

Adi : "Daa Rania!"
Rania : "Daa!"

Ketika mau tidur Rania tidak lupa untuk berkabar ke Bima. Tapi sebelum itu....

Rania : "Mas, besok kita pergi ke Duri ya kan, tapi adek gak tahu mau bawa apa untuk ibuk, toko kue gak ada yang buka hari lebaran gini, apalagi pagi hari.
Bima : "Gak apa sayang, gak usah bawa apa-apa, sayang udah ada disana aja ibuk dan bapak pasti senang."
Rania : "Serius ni gak apa-apa sayang?"
Bima : "Iya sayang."

Keesokan hari nya Bima bersilaturahmi kerumah Rania serta meminta izi ke orang tua Rania untuk bawa Rania ke Duri.

Bima : "Assalamualaikum."
Mama Rania : "Walaikumsalam, silahkan masuk."
Ayah Rania : "Eh Bima. Dek udah siap? Ini Bima udah datang."
Rania : "Iya yah bentar lagi siap."

Bima berbincang dengan kedua orang tua Rania sambil dihidangkan kue lebaran beserta lontong.

Rania pun sudah siap, wajah gugup dan malu Bima begitu terlihat.

Bima : "Jadi gini buk, pak, Bima minta izin ke ibuk dan bapak untuk bawa Rania ke Duri, untuk silaturahmi dengan keluarga besar yang ada disana."

Ayah Bima : "Boleh-boleh saja, asalkan Bima jaga Rania dengan baik. Soal menginap bapak dan ibuk tidak setuju, Rania tidak boleh menginap dirumah cowok manapun sebelum menikah, jadi Rania harus pulang hari ini juga."

Bima : "Baik pak, buk, soal itu Rania juga udah sampaikan ke Bima, dan Bima siap untuk antar Rania kembali kesini hari ini juga."
Ayah Rania : "Yaudah hati-hati di jalan ya."
Bima : "Iya pak. Kami berangkat dulu ya pak, buk, assalamualaikum."
Orang tua Rania : "Walaikumsalam Wr. Wb."

Rania dan Bima pergi menggunakan mobil travel, posisi tempat duduk mereka ada dibarisan tengah. Travel selalu menjemput penumpang pertama kali di panam, lalu menelusuri ke kota. Terakhir menjemput penumpang yang berada di jalan Hangtuah, posisi khusus kursi depan dekat supir untuk ibu yang mempunyai anak bayi. Sejak awal masuk kedalam mobil bayi tersebut menangis , entah karena lapar atau mengantuk. Suara nya menggema di dalam mobil, segala cara dan upaya sudah dilakukan oleh ibunya namun anak tersebut tidak kunjung diam. Hingga akhirnya......

Ibu bayi : "Kak, bisa minta tolong sebentar gendong bayi saya, saya mau buat susu."
Rania : "Oh bisa kak, sini kak saya gendong anaknya."
Seketika bayi itu terdiam, senyum melihat wajah Rania.
Pak supir : "Diam anak nya kak di gendong kakak itu."
Rania : "Hehe iya pak Alhamdulillah." 

Ada rasa haru yang Rania rasakan ketika bayi yang sedang kuat menangis ketika di gendong Rania bayi tersebut diam. Bima pun terheran-heran melihat kejadian itu. Ketika ibu bayi sudah selesai buat susu dan bayi diserahkan ke ibu nya bayi tersebut nangis lagi, dan langsung disodorkan kompeng susu ke mulut bayi, selang beberapa menit setelah susu habis akhirnya bayi tersebut tertidur. Tidak terasa Rania dan Bima pun telah sampai di Duri.

Rania : "Makasih pak supir. Saya duluan dulu ya kak."
Ibu nya bayi : "Iya kak, makasih banyak ya kak udah bantuin saya tadi."
Rania : "Iya kak sama-sama."

Ketika sampai dirumah Bima langsung disambut oleh eyang uti nya Bima dan ibunya Bima. Tidak lupa ibunya Bima cipika cipiki Rania.

Ibuk Bima : "Alhamdulillah sampai juga Rania dirumah gubuk ibuk."
Rania : "Alhamdulillah buk, gubuk apa buk bagus begini rumah nya, bertingkat juga, hehe."
Ibuk Bima : "Hehe, kita langsung makan siang aja ya, udah disiapin sama adek nya Bima."
Rania : "Waduh merepotkan ibuk jadi nya."
Mereka pun makan bersama sambil bercerita.
Ibuk Bima : "Bagaimana tadi di jalan? Capek?"
Rania : "Nggak ah buk, cuma duduk di mobil apa capek nya, paling mas Bima ni yang capek. Iya kan mas?"
Bima : "Iya capek banget aku ni, wkwkwk. Nggak ah bercanda, untuk wanita ku mana mungkin aku capek".
Rania : "Huek, gombalnya."

Semua orang yang ada diruangan hanya bisa tertawa dengar pembicaraan mereka berdua.

Ibuk Bima : "Ayah dan mama sehat kan?"
Rania : "Alhamdulillah sehat buk."
Mbah uti : "Alhamdulillah, lihat Mbah ini yang udah tua harus puasa setiap hari Senin dan Kamis biar gula darah Mbah tidak naik. Ibuk nya mas Bima gak boleh makan hewani selain telur."
Rania : "Iya Mbah, tapi tetap bersyukur Mbah dan ibuk tetap sehat, hanya diberi batasan dalam makanan saja."
Ibuk dan Mbah : "Iya Alhamdulillah."

Setelah selesai makan bersama mereka duduk diruang tamu, sekedar bercerita tentang kegiatan sehari-hari dan kesehatan mas Bima, serta berfoto bersama keluarga dan foto berdua sijoli yang lagi kasmaran. Tidak lupa Rania untuk tetap melaksanakan sholat lima waktu, sholat dikamar calon adik ipar. Setelah selesai sholat Bima mengajak Rania untuk pergi keluar rumah.

Bima : "Eh yok ikut aku keluar, kita jalan kerumah bibik aku."
Rania : "Ayok mas."

Mereka pun bergoncengan berdua sambil menunjukkan rumah keluarga nya satu-satu, keluarga dari bapak dan ibuk nya. Sesampai nya dirumah ternyata bibiknya lagi tidak enak badan, ada punya riwayat diabetes juga seperti Mbah uti. Tidak bisa bersilaturahmi terlalu lama akhirnya Rania dan Bima pamit untuk pulang. Niat Bima mengenalkan Rania ke keluarga besar nya sudah terlaksanakan.

Tidak terasa hari sudah sore menjelang magrib, waktunya Rania untuk pulang ke Pekanbaru agar tidak sampai larut malam.

Bima : "Sayang mau pulang sekarang juga? Kalau pulang malam bagaimana? Kalau sore ini kan mengikuti jadwal travel, kalau malam bisa pakai mobil dirumah, Beni nanti yang nyupirin, tapi tunggu dia pulang kerja."
Beni merupakan adik ipar nya Bima.
Rania : "Kalau nunggu Beni nanti sampai nya tengah malam mas, dan mas nanti pulang ke Duri bisa sampai subuh nanti. Mana tahu Beni juga capek mas habis kerja."
Bima : "Yaudah kalau gitu pakai travel aja."

Rania izin pamit pulang ke ibuk, bapak tidak lagi ada dirumah karena dari tengah hari bapak Bima pergi kerja ngarit untuk memberi makan ternak.

Rania : "Ibuk, Rania pamit pulang dulu ya, makasih buah tangan untuk orang di Pekanbaru. Maaf Fitri gak bisa nginap dirumah ibuk, karena pantangan adat yang tidak memperbolehkan wanita tidur dirumah pria sebelum halal."
Ibuk Bima : "Iya gak apa-apa, besok pas udah nikah kan bisa tidur lama-lama disini."
Rania : "Hehe iya buk."
Bima : "Yaudah yok angsur perjalanan. Kami berangkat dulu ya buk."
Ibuk Rania : "Iya hati-hati di jalan yo ndok."
Rania dan Bima : "Assalamualaikum."
Ibuk Bima : "Walaikumsalam."

Selama perjalanan mereka berdua hanya bisa saling lihat dan lempar senyum, pegangan tangan saja tidak punya nyali. Mereka tiba di Pekanbaru jam 10 malam. Setelah mengantarkan Rania Bima langsung pamit pulang ke keluarga Rania, karena Bima memang tidak ada rencana tidur dirumah nya malam ini.

Mama Rania : "Ha langsung pulang ni Bima, udah malam ini."
Bima : "Iya buk, kasihan bapak ngarit sendiri selama Bima di Pekanbaru."
Mama Rania : "Ooh gitu, yaudah hati-hati di jalan, semoga selamat sampai dirumah."
Rania : "Aamiin, nanti kabari kalau udah sampai ya mas."
Bima : "Oke sayang."

BERGOSIP
_______________________________________
Hari demi hari telah dilewati, setiap ada kejadian aneh atau pun lucu selalu diceritakan. Bahkan main game online jarak jauh pun mereka lakukan, mengajak adek-adek Bima main bareng semakin membuat suasana menjadi lebih seru. Menurut Rania Bima ini bukan hanya sekedar pacar, tapi lebih dari itu, sebagai Abang, sebagai teman, bahkan sebagai partner bergosip. Gosip yang mereka ceritakan kisah hidup mereka, seperti kejadian antar tetangga, kisah asmara orang tua serta kisah mantan pacar.

Bima : "Oiya teringat aku, pas dulu aku masih tinggal disana ada kejadian aneh, pak RT menyapu jam 2 malam. Aku heran kan bunyi apa lah ini, pas aku lihat dikaca ternyata bapak tu nyapu jalan."
Rania : "Ooh yang itu sayang, iya adek tau kejadian itu. Pas waktu sepupu adek bawa mobil dengan palang BELMIC 1, palang belajar mengemudi, hati dia gak senang ayang sampai gelisah gitu, makanya dia nyapu jalan, mungkin gak bisa tidur."
Bima : "Kenapa gitu kali dia ya sayang?"
Rania : "Biasa sayang, namanya orang yang tidak senang hati dengan kehidupan kami, apalagi RT dia itu RT rampasan karena jatuhin ayah adek."
Bima : "Iya ya sayang, ibuk pun waktu dulu itu gak suka juga sama bapak itu dan kawan-kawan nya. Jelas pohon besar itu dia sendiri yang tanam, eh malah minta uang tebang pohon sama ibuk ya ibuk gak kasih, enak saja mereka."
Rania : "Nah itu sayang, mereka emang suka pakang orang. Jalan semenisasi yang udah di danai pemerintah saja masih sanggup minta uang, orang itu pun mau saja kasih 2 juta ke mereka."
Bima : "Wkwkwk lucu ya mereka dapatin uang nya, gak halal itu."
Rania : "Makanya mereka fitnah ayah adek untuk dapatin jabatan RT, setelah semua fasilitas disini disahkan sama ayah adek, posyandu, pos ronda, mesjid, listrik, minyak tanah. Dari jabatan dan korupsi itu lah mereka mencari nafkah dan bertahan hidup."
Bima : "Tapi gak heran juga sih ya sayang, pasti ditempat lain juga banyak seperti itu makanya ada dimasukin di sinetron kan. Hahaha."
Rania : "Iya sayang."

Rania menelfon sambil melayani orang belanja di toko harian mama nya Rania yang jaga toko ketika malam hari. Sehingga pembicaraan terkadang tertunda.

Bima : "Tau gak ayang, dulu aku sempat kelahi dengan bapak-bapak sana, satu bapak yang kurus tapi buncit, satu lagi yang gendut, gak tahu aku nama nya siapa. Mereka tuduh aku bawa wanita lain ke kamar, aku suruh mereka geledah isi rumah aku, yang ada cuma teman laki-laki. Terus mereka usir aku dari rumah."
Rania : "Wah kapan kejadian nya tu sayang? Kok adek gak tau ya. Terus gimana kelanjutannya?"
Bima : "Mas bilang gini, kalau kalian usir aku kalian beli rumah aku dulu. Aku dulu beli rumah sama pak RT teman kalian itu kena tipu, ambil untung besar kali, sekalian balikin semua nya ke aku, kerugian aku atas fitnahan kalian juga."
Rania : "Wih keren sayang. Hahaha pasti gak bisa beli mereka itu sayang, renovasi rumah aja pakai uang kongkalikong dulu."
Bima : "Kalau aku laporin ke polisi juga bisa, tapi aku malas dan kasihan aja sayang."
Rania : "Untung lah sayang masih baik kan. Adek tahu kenapa mereka gitukan sayang, karena sayang dekat sama kami, semua orang yang dekat sama kami difitnah nya kami, bagi yang gak mampan dengan fitnahan seperti sayang ini makanya dengan cara ngusir."
Bima : "Memang jahat dan licik mereka sayang."
Rania : "Iya sayang, tapi mereka satu persatu udah dapat balasan nya kok dari Allah."
Bima : "Alhamdulillah kalau gitu sayang."

Kisah cinta ibuk dan bapak Bima serta mama dan ayah nya Rania, para suami mereka yang berjuang dapatin cinta perempuan, sehingga mereka menikah dan mempunyai anak masing-masing seperti Bima dan Rania. Dan tentang mantan Rania aman tidak ada yang mengganggu, sedangkan Bima masih mengingat mantan meskipun sudah lama meninggal.

Bahas Pernikahan
______________________________________
Hubungan Rania dan Bima sudah memasuki hal serius, mereka sudah mulai membahas pernikahan.

Bima : "Sayang, kalau boleh tahu mahar untuk nikahin sayang berapa?"
Rania : "Terserah berapa yang mas kasih, yang penting tidak memberatkan mas dan juga tidak merendahkan adek."
Bima : "Iya tapi berapa sayang? Kalau aku kasi XX juta gimana? Nanti kalau kurang aku tambahin."
Rania : "Adek mau saja sayang, tapi perlu kita rembukkan bareng keluarga dulu ya."
Bima : "Oke sayang."
Rania : "Kita nikah pakai dua adat sayang? Melayu dan Jawa?"
Bima : "Pakai adat sayang aja, kalau adat Jawa itu ribet sayang sampai malam, nanti sayang kecapean."
Rania : "Ooh tapi adek pengen juga adat Jawa mas, sama ada sesi silat seperti Sinta nikah dulu, kebetulan Doni pandai silat mas."
Bima : "Doni itu gak bisa diandalkan sayang. Yang paling bisa itu mas mu."
Rania : "Iya ya mas? Tapi jujur adek bilang ni ya, mas waktu tampil dulu itu keren banget, nambah kegantengan nya, haha."
Bima : "Ah masa? Bohong, ledekin aku ini."
Rania : "Nggak mas, adek jujur. Makanya adek tambah kagum sama mas."

Semakin hari semakin serius membahas masa depan rumah tangga mereka, dan berharap mereka benar-benar jadi menikah. Sampai Bima sudah merancang tanggal pernikahan nya menggunakan hitungan adat Jawa.

Bima : "Sayang, nanti kalau kita udah nikah tinggal dirumah ibuk ya, soalnya usaha mas ada nya di Duri, kalau di Pekanbaru mas nanti susah kontrolin nya."
Rania : "Yah, adek malah kira kita nya tinggal dirumah mas yang di Pekanbaru ini, adek mau kita mandiri mas, lagian adek anak bungsu, anak satu-satu nya yang bisa rawat mama dan ayah, karena kakak adek udah merantau."
Bima : "Iya mas tahu sayang. Yaudah kita tinggal dirumah itu tapi bagi waktu yang adil juga ya untuk ibuk."
Rania : "Kalau itu mas gak usah khawatir, kalau mas pulang ke Duri adek ikut."
Bima : "Gak sabar mas mau nikahin kamu sayang. Suruh cepatan nikah kaka Dewi itu biar kita gak langkahin dia."
Rania : "Iya sabar mas, dia juga lagi seleksi pria biar gak salah pilih."

Perekonomian keluarga Bima mulai terguncang, bak pepatah semakin lurus niat ingin menikah semakin berat ujian nya. Ternak nya Bima banyak yang mati, belum lagi dengan proyek Bima yang kena tipu oleh Chinese. Bima nangis sampai mata nya sembab.

Rania : "Sayang yang sabar ya, harus kuat dan ikhlas. Bisa jadi ini ujian kita yang mau menikah. Adek yakin setelah ada badai pasti akan ada pelangi yang muncul."
Bima : "Tapi aku sekarang merasa lemas sayang."
Rania : "Perbanyak istighfar ya sayang, dan bawa sholat biar hati dan pikiran tenang."
Bima : "Iya sayang, besok mas harus beli lagi ternak nya, mas cari tahu apa penyebab ternak itu mati dan mas buat sebagai pelajaran."
Rania : "Nah gitu baru nama nya sayang adek. Semangat ya sayang."

Bima merasa lemah dalam perundingan dengan bos Chinese, hingga dia meminta Rania untuk selalu menemani nya dan mengontrol keuangan nya.

Bima : "Sayang, pokoknya besok sayang aja yang pegang semua uang mas, sayang yang atur, nanti perundingan apapun mas minta pendapat sayang biar mas gak kena tipu lagi."
Rania : "Iya sayang, adek akan selalu temanin setiap proses sayang. Jangan kan hal yang besar, hal yang kecil seperti penampilan sayang ketemu bos besar adek yang atur biar sayang jauh lebih keren, berkharisma dan berwibawa."

PERANG DINGIN
_______________________________________
Lusa ibuk dan bapak jadwal ke Pekanbaru, ada urusan bisnis yang mereka mau selesaikan sekalian menjemput burung bubut pesanan Bima. Bima suka mengoleksi burung bahkan peliharaan nya pernah ikut kontes dalam perlombaan suara burung.
Satu hari sebelum keberangkatan, Bima dan Rania sedang perang dingin, mereka tidak ada komunikasi selama berhari-hari. Pertengkaran mereka dikarena Bima yang masih begitu semangat nya menceritakan mantan nya Lisa.

Bima : "Buk, aku gak jadi ikut ke Pekanbaru ya, lihat reaksi Rania seperti itu aku yakin hubungan ini gak akan membaik."
Ibuk Bima : "Kalau kamu gak mau ikut ya gak masalah. Hanya saja ibuk minta tolong sama kamu jangan sakiti hati Rania lagi. Lupakan Lisa seutuh nya."
Bima : "Iya buk, tapi tolongin juga Bima ya buk biar Rania gak cuekin Bima lagi."
Ibuk Bima : "Iya besok ibuk bicarakan sama Rania."
Bima : "Terimakasih ibuk, memang ibuk paling the best di dunia." (Kiss ibuk)

Keesokan hari nya ibuk dan bapak nya Bima berangkat ke Pekanbaru. Butuh waktu tiga jam lebih untuk sampai ke Pekanbaru melintasi jalan tol. Sesampainya ibuk dan bapak nya Bima disambut oleh Rania dan mama Rania.

Mama Rania : "Assalamualaikum bapak ibuk, Alhamdulillah ketemu lagi kita."
Ibuk Bima : "Alhamdulillah buk."
Beralih ke Rania cium pipi kanan kiri Rania. Begitu terasa kasih sayang ibuk Bima ke Rania.
Rania : "Udah kangen ibuk kami, ya kan ma?"
Mama Rania : "Iya betul itu, oh iya lanjut lah dulu ya ngobrolnya, mama mau siram tanaman dulu."
Ibuk Bima : "Oh iya silahkan buk."
Rania : "Agak lebih lama ibuk sampai nya ya."
Ibuk Bima : "Itu lah tadi ibuk dan bapak susah dapat solar. Di SPBU panjang antrian nya."
Rania : "Ooh pantes lah ya buk, udah susah dapat solar sekarang buk. Oiya ibuk kan capek habis dari perjalanan, mau istirahat dikamar Rania ibuk?"
Ibuk Bima : "Gak usah repot-repot Rania, ibuk istirahat dikamar nya Bima saja, dibersihkan sebentar sudah bisa di tempati."
Rania : "Baik lah buk, kalau begitu Rania masak untuk makan siang dulu ya."
Ibuk Bima : "Oke ndok. Tapi ibuk dan bapak nanti makan sama Doni ya, karena katanya dia mau kesini."
Rania : "Oke siap buk."

Hari sudah menunjukkan pukul empat sore. Disaat Rania lagi bersihkan rumah, datang ibuk Bima untuk bicara ke Rania hal penting.

Rania : "Silahkan masuk buk. Ibuk mau minum apa biar Rania siapin."
Ibuk Bima : "Nggak usah repot-repot, duduk dulu sama ibuk disini, ada yang mau ibuk tanyakan."
Rania : "Mau nanya apa buk." (Dihati Rania sudah berdebar, dan pikiran sudah kemana-mana)
Ibuk Bima : "Rania masih cuekin mas Bima?"
Rania : (hufft ternyata tentang itu). Sebenarnya masih buk, cuma tadi pagi mas Bima ngabarin Rania kalau ibuk dan bapak sudah di jalan ke Pekanbaru."
Ibuk Bima : "Pasti jawaban Rania cuek kan?"
Rania : "Lah ibuk kok bisa tahu. Hehe."
Ibuk Bima : "Udah kalian baikan aja ya, jangan diam-diaman lagi. Ibuk tahu Rania pasti cemburu kan dengan mantan nya Bima bernama Lisa? Dia itu udah lama meninggal, perasaan mas Bima itu hanya halusinasi sebelum adanya keseriusan untuk nikahin Rania."
Rania : "Iya tahu buk, tapi rasa nya takut sia-sia semuanya buk."
Ibuk Bima : "Sudah tenang saja, mas Bima itu setia sama satu pasangan. Chat mas Bima lagi ya."
Rania : "Baik lah buk, karena ibuk Rania mau dan percaya."

Di malam itu juga Rania dan Bima tidak ada perang dingin lagi, semua sudah kembali seperti semula berkat bujukan ibuk nya Bima. Tiba lah waktu untuk makan malam bersama. Dengan adanya makan malam bersama ini membuat kedua keluarga mereka semakin erat. Tidak lupa dengan gulai kambing buatan ibuk Bima yang sangat lezat.

Ibuk Bima : "Assalamualaikum."
Mama Rania : "Walaikumsalam."
Ibuk Bima : "Aduh repot-repot aja ibuk ini siapin makan malam."
Mama Rania : "Nggak ah buk biasa saja, lagian semua ini Rania yang siapin."
Ibuk Rania : "Ooh iya ya buk, hebat Rania ya buk."
Mama Rania : "Alhamdulillah lah buk, semenjak kakak nya merantau dia sendiri lagi yang urus semua rumah ini. Ayok silahkan makan."
Ayah Rania : "Nanti kalau udah habis tambah aja lagi pak, anggap rumah sendiri."
Ayah Bima : "Haha aman tu pak."
Ibuk Bima : "Enak makanan nya Rania."
Rania : "Alhamdulillah buk. Oiya Doni udah semester berapa?"
Doni : "Udah semester empat kak."
Rania : "Nggak terasa ya udah semester empat saja. Semoga segera wisuda ya."
Doni : "Iya kak."

Setelah selesai makan malam mereka pun berbincang tentang hubungan Rania dan Bima.

Ibuk Bima : "Nggak nyangka ya buk kalau anak kita berjodoh."
Mama Rania : "Hehe iya buk. Semua keputusan ada sama mereka."
Ayah Bima : "Iya ya pak, kita serahkan saja sama mereka."
Ayah Rania : "Iya pak, kita cuma hanya bisa beri dukungan saja. Gimana nanti nya itu terserah mereka saja."

Rania hanya bisa tersenyum, tidak bisa nimbrung percakapan antar orang tua, dan ia pun baru berdamai sama Bima. Meskipun sudah berdamai dan tidak ada perang dingin lagi, di hati kecil Rania masih tersimpan keraguan terhadap Bima.

JADI ANAK ANGKAT
_______________________________________
Setelah selesai sholat subuh Rania bergegas membuat soto untuk sarapan pagi. Setelah soto nya sudah siap dan hari sudah menunjukkan jam 6 pagi, Rania mengantarkan soto untuk ibuk dan bapak. Ternyata rumah kosong, tapi mobil ibuk dan bapak masih ada. Kemana mereka pagi-pagi begini? Akhirnya Rania menelpon ibuk Bima.

Rania : "Hallo assalamualaikum ibuk, ibuk dan bapak lagi dimana?"
Ibuk Bima : "Ibuk dan bapak tadi jalan-jalan santai sambil hirup udara segar, eh ada yang jual kambing di dekat sini, bentar lagi ibuk dan bapak pulang."
Rania : "Ooh ibuk lagi disana. Oke buk, sarapan udah siap Rania buat."

Lima belas menit kemudian ibuk dan bapak Bima pulang, raut wajah senang di muka mereka sangat terpancar, melihat mereka Rania ikut senang.

Rania : "Ini buk soto nya, ada yang gak pakai ayam untuk ibuk, yang pakai ayam untuk bapak. Kalau Doni sudah balik ke kos nya kan buk?"
Ibuk Bima : "Makasih ya nak. Iya malam setelah makan bersama Doni ke kos, kata nya besok pagi ada jadwal kuliah."
Rania : "Ooh begitu buk, yaudah ibuk makan lah dulu."
Ibuk Bima : "Ibuk belum lapar, biar bapak aja dulu yang makan. Ibuk mau duduk disini dulu cerita-cerita kita."
Rania : "Ooh mau cerita toh. Oke buk."

Mama Rania pun datang menghampiri mereka, ingin nimbrung bersama mereka.

Mama Rania : "Kemana ibuk tadi, kami mau antarin soto?"
Mama Bima : "Itu buk tadi jalan-jalan pagi sambil lihat kambing disana."
Mama Rania : "Ooh, rasa diculik pula ibuk tadi. Haha. 
Ibuk Bima : "Nggak lah buk, siapa juga yang mau culik saya. Paling Rania yang diculik Bima. Hahaha."
Rania : "Haha ibuk."
Mama Rania : "Oh iya dek tadi soto nya udah dikasih cabe kan?"
Rania : "Udah ma."
Ibuk Bima : "Teringat cabe mas mu gak bisa makan cabe tu Ran, makan pedas dikit aja langsung mules perut nya."
Rania : "Iya buk, dulu mas Bima pernah bilang ke Rania."
Mama Rania : "Bertolak belakang sekali sama Rania dan kakaknya yang suka pedas buk, kalau gak pedas gak enak kata mereka. Berarti senang lah Rania kerjain Bima besok kalau ada berantem, kasih aja makan pedas. Hahaha."
Ibuk Bima : "Hahaha gak apa buk, paling Rania sendiri yang repot lihat mas nya bolak-balik WC."

Mereka bertiga menumpahkan ketawa membayangkan kejadian itu, sampai wajah mereka memerah dan air mata keluar di sudut mata, meski begitu tetap diakhiri dengan istighfar. Karena kami sadar bahwa tawa dan sedih itu beda tipis.

Siang hari setelah Rania bangun tidur ibuk Bima menghubungi Rania, mengajak untuk pergi ke PT Tupperware dan ke Rumbai mengambil burung bubut pesanan Bima.

Rania dengan penuh kesadaran mengangkat telfon ibuk Bima.

Ibuk Bima : "Assalamualaikum nak."
Rania : "Walaikumsalam buk, ada apa buk?"
Ibuk Bima : "Mau ikut ibuk pergi siang ini ke Tupperware dan Rumbai?"
Rania : "Boleh buk, tapi Rania mandi dulu ya buk."

Bergegas Rania mengambil handuk dan mandi secepat kilat, agar ibuk nya Bima tidak lama menunggu. Setelah semuanya sudah siap mereka pun pergi ketempat tujuan. Doni tidak ikut masuk ke dalam mobil, melainkan pakai motor nya sendiri, karena setelah dari Rumbai Doni langsung pergi ketempat lain karena ada urusan. Di dalam perjalanan Ibuk Bima telponan dengan teman nya.

Umi Tatik : "Lagi dimana kamu Jum?"
Ibuk Bima : "Lagi di Pekanbaru umi."
Umi Tatik : "Udah lama gak ke Pekanbaru gimana kondisi rumah disana?"
Ibuk Bima : "Kotor umi, banjir masuk kedalam rumah, padahal sudah ditambah lantai dan dikasih tanggul masih masuk airnya."
Umi : "Ooh terus rumah besan mu gimana?"
Ibuk Bima : "Rumah besan kami gedongan umi, tinggi rumah nya, jadi gak masuk banjir."
Umi : "Ooh baguslah tu. Kapan mereka nikah?"
Ibuk Bima : "Doakan saja yang terbaik untuk mereka umi."
Umi : "Iya selalu doain yang terbaik untuk Jum dan keluarga. Yaudah kita sambung besok lagi ya. Assalamualaikum."
Ibuk Bima : "Walaikumsalam umi."

Selama perjalanan banyak hal yang mereka ceritakan, terutama cerita tentang Bima. Setelah selesai cerita Ibuk Bima menyuruh telfon Bima, dan Rania menuruti nya. Ternyata tidak diangkat telpon nya oleh Bima. Beberapa menit kemudian Bima video call Rania.

Bima : "Assalamualaikum sayang, maaf ya tadi aku lagi tidur makanya gak terangkat telpon nya."
Rania : "Walaikumsalam, iya gak apa-apa mas."
Bima : "Lagi dimana sekarang?"
Rania : "Lagi di jalan mas, macet parah, tapi bentar lagi sampai."
Bima : "Ooh cie udah dekat kali sama ibuk aku sampai jalan bareng."
Rania : "Haha iya, ibuk hari ini jadi ibuk adek, mas anak angkat."
Bima : "Enak aja kamu, itu ibuk aku ya sayang."
Rania : "Nggak, ibuk adek, weeekk."
Ibuk Bima : "Sudah sudah, ibuk kalian berdua."
Bima : "Tuh apa kata ibuk, ibuk kita berdua. Haha. Yaudah lanjut lah dulu ya aku mau kasih makan ternak."
Rania : "Wkwkwk, oke mas. Daa love you (gerakan mulut tanpa suara)
Bima : "Love you too." (Dengan suara kekuatan penuh)
Bergegas Rania menutup speaker handphone agar ibuk dan bapak Bima nggak dengar. Tapi ternyata tetap kedengaran dan mereka hanya bisa senyum, mungkin mengingat masa muda dulu.

Telah usai urusan hari ini, mereka pun segera kembali kerumah karena sudah magrib. Kali ini tidak ada jadwal makan bersama karena ibuk Bima sudah membeli lauk, jadi makan dirumah masing-masing. Akan tetapi tiba saat nya Rania ingin menutup toko dan mengunci rumah karena sudah menunjukkan pukul 22.00, dengan tergesa ibuk Bima mendatangi Rania.

Ibuk Bima : "Rania, burung bubut yang kita ambil tadi sudah mati."
Rania : "Kenapa bisa buk?"
Ibuk : "Ada bekas lem tembak di badan nya, mungkin itu yang buat dia lemas dan mati."
Rania : "Ya Allah, teledor kita. Pasti sedih lagi mas Bima ni buk."
Ibuk Bima : "Rania saja ya yang sampaikan ke mas Bima."
Rania : "Baik buk, Rania ambil handphone dulu buk dikamar."

Rania segera menghubungi Bima, namun sudah tiga kali mencoba respon Bima tidak ada.

Ibuk Bima : "Sabar Ran, mungkin mas Bima lagi nongkrong sama teman nya, biasa memang begitu dia kalau lagi nongkrong susah dihubungi. Paling sebentar lagi mas Bima pulang."
Rania : "Baik buk."
Akan tetapi dengan kejadian ini membuat perasaan Rania tidak enak, serta membuat Rania berpikiran buruk ke Bima. Terbesit di hati Rania, "Bagaimana jika aku membutuhkan dia disaat keadaan genting tapi susah di hubungi ketika dia sedang nongkrong bersama teman?" Mulai dari itu Rania berpikir ulang untuk melanjutkan hubungan bersama Bima, serta melaksanakan sholat istikharah untuk memantapkan hati dan pilihan.

Hari ini waktu nya jadwal ibuk dan bapak nya Bima pulang ke Duri. Rania menyiapkan makanan untuk dibawa ke Duri agar Bima dan keluarga nya yang lain bisa mencicipinya. 

Rania : "Bagaimana mas rasa makanan nya?"
Bima : "Alhamdulillah enak, masakan ayang mana ada yang gak enak."
Rania : "Ah mas bisa aja. Dapat semua orang dirumah mas?"
Bima : "Alhamdulillah dapat, Mbah uti pun dapat."
Rania : "Alhamdulillah, walaupun sedikit bisa di cicipi ramai-ramai."
Bima : "Alhamdulillah sayang."

CARI KAMBING
______________________________________
Bima, ayah Bima dan adik ipar Bima datang kembali ke Pekanbaru untuk mencari kambing. Karena beberapa minggu lagi merupakan hari qurban. Kesempatan keluarga Bima untuk menyediakan hewan ternak sebanyak-banyak nya. Mereka pergi ke rumah paman nya Beni yang berada di daerah Kampar. Rania ikut mereka pergi akan tetapi beda kenderaan. Selama perjalanan Rania jaga jarak ke Bima, dan itu membuat Bima kesal, karena selama ini wanita mana saja mau memeluk Bima.

Sesampai nya di lokasi tujuan mereka disambut oleh paman nya Beni, dan sudah disuguhi makan siang. Mereka pun makan siang bersama di teras rumah. Setelah selesai makan bersama mereka berbincang.

Paman Beni : "Ini pak pasangan nya Bima calon menantu bapak?"
Ayah Bima : "Iya pak, doakan saja mereka jadi nikah."
Paman Beni : "Kapan rencana nikah nya Bima?"
Bima : "Kalau gak ada halangan tahun depan pak de, sekarang ini nunggu kakak nya nikah, dia nggak mau langkahin kakak nya."
Paman Beni : "Ooh gitu. Tapi percayalah kalian, siapa saja pasangan yang datang kesini pasti nikah. Contoh nya ni Beni sama Dinda datang kesini, jadi menikah mereka kan, dan sudah punya anak."
Bima : "Aamiin pak de."
Paman Beni : "Asli orang mana Rania ini?"
Rania : "Melayu pak de."

Setelah berbincang saat nya untuk memilih kambing, namun kambing yang ada tidak sesuai dengan keinginan nya Bima. Akhir Bima tidak jadi membeli dan mencari ditempat lain. Jadi nya ketempat paman Beni hanya silaturahmi saja. Di dalam perjalanan pulang mereka berhenti sejenak untuk melaksanakan sholat lima waktu. Bima dan Rania juga singgah ketempat bakso, sedangkan bapak Bima dan Beni pulang duluan.

RENCANA JALAN SAMA MANTAN
_______________________________________
Di malam hari Rania dan Bima sedang asik telponan, dan mereka tertawa bareng, bahkan duet nyanyi bareng. Bima yang iringi musik gitar nya. Begitu lah kebiasaan mereka setiap malam. Tiba-tiba Bima meminta izin ke Rania untuk berkemah di Pulau Rupat.

Bima : "Sayang Minggu depan aku pergi berkemah ya sama teman aku di Pulau Rupat."
Rania : "Siapa saja yang pergi mas?"
Bima : "Teman-teman aku sayang, cowok dan cewek."
Rania : "Ada mantan mas."
Bima : "Ada sayang."
Rania : "Ooh adek ikut lah."
Bima : "Nggak boleh sayang, jauh perjalanan nya dan lagi pula gak akan boleh sama orang tua sayang."
Rania : "Sebenarnya iya sih mas, cuma bagaimana pun cara nya nanti adek dapatin izin itu." (Hanya akal-akalan Rania saja)
Bima : "Nggak usah sayang, aku gak mau rusakin koe."
Rania : "Ha maksudnya bagaimana? Kalau adek ikut mas rusak adek, tapi kalau adek gak ikut mas rusakin mantan mas?"
Bima : "Koe itu calon istri aku, harus aku jaga, kalau dia gak apa, soalnya dia sudah rusak."
Rania : "Kalau begitu mas gak boleh pergi, titik. Jangan membantah."

Berhari-hari Bima selalu mencoba merayu Rania agar izin itu dapat.

Bima : "Izin kan lah sayang, ibuk jadi ikutan kamu gak izinkan aku pergi."
Rania : "Ya bagus."
Bima : "Emang apa salah nya aku ikut untuk melepaskan masa lajang aku?"
Rania : "Salah nya di mas yang masih mau ikut bersama mantan, apalagi ucapan mas yang kemarin tentang mantan rusak itu. Mas punya adek cewek loh, jangan macam-macam kalau mau seriusin adek."
Bima : "Aku gak akan seperti itu, gak akan macam-macam. Aku sudah janji sama teman-teman sayang."
Rania : "Batalin saja, bilang kalau adek calon istri mas melarang pergi."
Bima : "Ah gak asik sayang."
Rania : "Ooh begitu. Yaudah pergi lah, tapi kita gak jadi menikah."
Bima : "iya gak jadi aku pergi."

Meskipun Bima batal pergi ke Pulau Rupat bersama teman dan mantan nya, Ternyata Bima masih jalan berdua bersama mantan nya. Hal itu sangat membuat emosi Rania.

PENGAKUAN TIGA HAL
______________________________________
Semakin hari Rania semakin ragu untuk melanjutkan hubungan ke Bima, segala aspek yang Rania nilai ke Bima membuat Rania ingin berhenti.

Bima : "Aku mau jujur sama kamu, dari pada kamu tahu nya dari orang lain, lebih baik aku duluan yang beri tahu kamu. Kalau aku kemarin ada keluar malam sama mantan."
Rania : "Ooh begitu. Terus?"
Bima : "Yang saat kamu telepon aku tapi aku nya lama ngangkat. Terus aku nya buru-buru pulang, sampai minuman yang aku pesan gak sempat aku minum."
Rania : "Nama mantan siapa nama nya?"
Bima : "Fani."
Rania : "Terus mantan kamu masih kamu antarin pulang kan?"
Bima : "Masih."
Rania : "Bagus, kamu masih ada rasa tanggung jawab nya. Ada hal lain lagi yang perlu aku tahu?"
Bima : "Ada. Aku sebelum sama kamu, aku dan bos aku yang di Sulawesi mempunyai hubungan yang sangat spesial."
Rania : "Sampai skidipapap?"
Bima : "Iya."
Rania : "Terus apa lagi?"
Bima : "Dulu waktu kita jarang komunikasi, aku ada mau melamar wanita lain."
Rania : "Melamar Fani?"
Bima : "Bukan, ada wanita di Rokan hilir, mantan pacar nya teman aku. Dulu mereka ingin bertunangan, tapi calon tunangan teman aku ini suka nya sama aku, jadi mereka batal bertunangan."
Rania : "Ooh begitu. Yaudah sama dia aja."
Bima : "Tapi ibuk tidak setuju. Ibuk mau nya aku sama kamu."
Rania : "Ooh tapi maaf kita jangan lanjutin lagi hubungan ini ya. Kita sudah sama-sama beda tujuan."

Setelah mengakhiri hubungan. Besok nya Rania menghubungi ibuk nya Bima untuk izin undur diri dari niat menikah sama Bima.

Rania : "Assalamualaikum buk."
Ibuk Bima : "Walaikumsalam."
Rania : "Maaf ya buk, Rania tidak bisa lanjutin hubungan ke mas Bima. Tapi Rania akan tetap sayang ibuk, bapak dan adik-adiknya mas Bima."
Bima : "Ibuk sudah tahu semua nya. Kalau keputusan nya seperti itu gak apa-apa."
Rania : "Terimakasih buk, assalamualaikum."
Bima : "Walaikumsalam."

MENJUAL RUMAH
______________________________________
Setelah berakhirnya hubungan mereka, Rania menutup hati untuk tidak pacaran. Berbeda dengan Bima yang kurang dari satu tahun sudah mencari wanita lain melalui jalur ta'aruf online. Rania tidak heran dengan Bima yang secepat itu untuk move on. Karena dulu Bima pernah mengucapkan kalau dia ingin segera menikah selagi ibuk nya masih ada. Karena penyakit riwayat ibuk nya yang menghawatirkan Bima ketika menikah ibuk nya sudah tidak ada lagi.

Keadaan ekonomi Bima makin menurun, sehingga mereka memutuskan untuk menjual rumah nya yang ada di Pekanbaru. Meminta Rania untuk menjualkan secara online. Banyak yang merespon tapi karena kondisi rumah nya sering kebanjiran dan belum ada surat SHM nya, jadi belum ada yang deal untuk membeli.

Awalnya Bima chat Rania menanyakan penjualan rumah, tapi lama-kelamaan membahas masalah pribadi nya.

Bima : "Memang di uji betul lah aku, dari keadaan ekonomi sampai semua cewek datang menghampiri aku. Lebaran besok ini ada empat cewek yang mau datang kerumah."
Rania : "Siapa saja? Abang bukan nya sudah bertunangan, masih mau merespon mereka?"
Bima : "Yang pertama pacar aku, yang kedua Fani, yang ketiga bos Sulawesi, yang ke empat wanita yang di Rokan Hilir."
Rania : "Hahaha kapok lah Abang pusing kan. Pandai-pandai Abang saja. Tapi menurut adek jangan Abang sakiti tunangan Abang. Adek lihat dia orang nya baik dan penyabar."
Bima : "Iya aku tahu, tapi ternyata dia tidak seperti Lisa."
Rania : "Lisa lagi. Gak bisa semua orang bisa Abang paksa untuk menjadi Lisa."
Bima : "Eh tapi aku kenapa tiba-tiba kangen dengar suara mu."

Hal itu membuat Rania ilfeel. Rania tidak mau kalau rencana pernikahan Bima batal. Rania tidak ingin membuat calon istri Bima kecewa atau bahkan sedih. Akhirnya Rania Blokir WhatsApp Bima serta menghapus pertemanan di sosial media seperti Facebook dan Instagram. Pemblokiran hanya sebatas sampai Bima menikah, setelah itu Rania buka kembali blokiran nya.

Setelah beberapa bulan Bima menikah, ibuk dan ayah Bima datang ke Pekanbaru untuk menemui orang yang membeli rumah nya. Awal pertama yang Rania lihat muka ibuk Bima yang begitu marah ke Rania. Rania sadar dengan kesalahan nya yang membatalkan pernikahan secara sepihak dan memblokir Bima. Melihat ibuk yang memendam amarah membuat Rania mendekati nya. Rania tidak ingin ada kebencian atau permusuhan diantara mereka dan ingin silaturahmi kekeluargaan tetap berjalan.

Rania : "Assalamualaikum ibuk bapak."
Ibuk dan bapak Bima : "Walaikumsalam." (Kali ini tidak ada cipika cipiki lagi)
Rania : "Sudah satu tahun enam bulan kita tidak bertemu buk, bagaimana kondisi kesehatan ibuk?"
Ibuk Bima : "Alhamdulillah membaik Rania."
Rania : "Alhamdulillah buk. Yah jadi juga di jual rumah nya buk, pasti lah ibuk gak akan pernah kesini lagi setelah rumah dijual."
Ibuk : "Nggak lah, Doni kan masih di Pekanbaru, jadi sesekali ibuk tetap ke Pekanbaru."
Rania : "Ooh gitu ya buk. Kalau ibuk ketempat Doni singgah kesini juga ya buk."
Ibuk Bima : "InsyaAllah Rania."

Mereka pun asik bercerita, sementara bapak Bima sibuk mengurusi urusan jual beli rumah, melayani pembeli. Cerita ibuk dan Rania tentang kegiatan Rania dan adik-adiknya Bima, tidak ada sedikit pun membahas Bima, sama-sama saling menjaga perasaan atas gagalnya pernikahan Bima dan Rania. 

Urusan jual rumah pun sudah selesai. Ibuk dan bapak Rania pamit pulang menyinggahi rumah Rania. 

Ibuk Bima : Ibuk kami pamit pulang dulu ya."
Mama Rania : "Udah selesai semua nya? Kenapa cepat sekali pulang nya."
Ibuk Bima : "Sudah buk, ini rencana mau ketempat Doni."
Mama : "Ooh tapi cerita lah kita dulu sebentar ya." (Sambil sediakan kursi) Apa penyebab ibuk dan bapak jual rumah? Mau kabur dari kami karena anak kita gak jadi menikah?"
Ayah Bima : "Ooh nggak buk. Bukan karena itu, kami pun sebenarnya sedih menjual rumah itu. Tapi mau gak mau kami harus menjual nya buk untuk menutupi hutang."
Mama Rania : "Hutang apa pak? Besar nominal nya sampai harus jual rumah?"
Ayah Rania : "Besar buk, itu lah pusing nya saya karena Bima ini, dia punya hutang 200 juta sedangkan rumah ini laku nya gak sampai 100 juta. Padahal buk awal beli rumah ini Bima lah yang terlalu semangat sampai saya bertanya sama Bima yakin beli rumah disitu. Yakin pak jawab nya. Ternyata karena ada Rania dia nya semangat beli rumah disini."
Rania : " Kami lebih sedih ibuk dan bapak jual rumah itu. Tapi begitu pula kisah awal nya ya pak. Nama nya gak berjodoh anak kita pak, mau gak mau pasrah."
Ibuk : "Iya buk, dipaksa juga gak bisa ya kan buk, hehe."
Mama Rania : "Tapi hubungan kita tetap terjalin ya jangan putus, anggap kita masih berkeluarga."
Ayah Bima : "Aman itu buk, insyaAllah kami gak akan lupa sama ibuk sekeluarga."

Setelah bercerita mereka pun pamit untuk pulang. Saling salam-salaman. Kali ini ibuk nya Bima kembali cipika cipiki Rania. Hati Rania senang dan pertanda kalau ibuk tidak membenci Rania.

Meskipun rumah sudah di jual keluarga Bima dan Rania selalu menjaga silaturahmi. Sesekali di waktu senggang Rania menelepon ibuk nya Bima untuk menanyakan kabar keluarga disana. Kini mereka bahagia menjalani pilihan hidup masing-masing.

_TAMAT_

Comments

Popular posts from this blog